HARUM MANIS RUMPUT LAUT GLACILARIA sp

Inovasi olahan berbahab dasar rumput laut jenis Glacilaria sp

DODOL RUMPUT LAUT

Inovasi olahan berbahab dasar rumput laut jenis Glacilaria sp

UJICOBA PRODUK BARU

Ujicoba produk-produk baru sebelum disebarkan ke masyarakat sekitar yang membutuhkan

In House Training

Pelatihan bagi masyarakat yang dilaksanakan di dalam Kampus BPPP Tegal

SAFARI PELATIHAN

Pelatihan yang dilaksanakan di wilayah wilayah yang mempunyai potensi perikanan yang belum maksimal pemberdayaannya

Rabu, 17 September 2014

Resep Selai Rumput Laut Euchema Cotonni

Selai (bahasa Inggris: jam, bahasa Perancis: confiture) adalah salah satu jenis makanan awetan berupa sari buah atau buah-buahan yang sudah dihancurkan, ditambah gula dan dimasak hingga kental atau berbentuk setengah padat. Selai tidak dimakan begitu saja, melainkan untuk dioleskan di atas roti tawar atau sebagai isi roti manis. Selai juga sering digunakan sebagai isi pada kue-kue seperti kue Nastar atau pemanis pada minuman, seperti yogurt dan es krim. Selai rumput laut adalah selai yang dibuat dari sari buah (nenas) dan rumput laut ditambah dengan bahan-bahan lain, mempunyai kenampakan jernih dan transparan serta mempunyai tekstur kekenyalan tertentu.

Selai ini dibuat sebagai upaya diversifikasi produk dibidang perikanan non ikan, yang mempunyai beberapa kelebihan diantaranya bahan baku yang mudah didapat, tahan lama dan mengandung serat tinggi serta pengolahannya yang mudah dan sederhana. Pengembangannya sangat membantu dalam mengantisipasi permintaan masyarakat yang semakin meningkat dan bervariasi, mengingat pola makan masyarakat yang semakin berkembang.

Bahan Baku :

  • E. Cottoni 1000 gram (100%)

Bahan - bahan lain :

  • Gula pasir 1500 gr (150%)
  • Nenas 1000 gr (100 %)
  • Asam sitrat 2 gr (1%)
  • Garam 0,5 gr (0,25%)
  • Pewarna secukupnya

Alat - alat :

  • Alat Penggorengan 
  • Baskom
  • Sendok
  • Kompor 
  • Blender

Cara Pembuatan :
  1. Rendam rumput laut kering hingga rumput laut mengembang. Perendaman dapat dilakukan selama 1 sampai 2 hari. Selama perendaman sebaiknya dilakukan pencucian dan penggantian air rendaman. Untuk mengurangi bau amis, selama perendaman ditambahkan air cucian beras / tepung beras.
  2. Setelah mengembang, rumput laut ditimbang sesuai kebutuhan, ditambahkan air (1 : 1) dan diblender hingga halus.
  3. Rumput laut dituangkan dalam wajan untuk dipanaskan selanjutnya tambahkan gula pasir dan diaduk
  4. Tambahkan nenas, asam sitrat, garam dan dilakukan pengadukan hingga tekstur agak mengental
  5. Matikan api kompor, tambahkan pewarna dan simpan pada suhu ruang hingga dingin
  6. Selai yang sudah dingin selanjutnya dikemas dan siap untuk dipasarkan.




Jumat, 12 September 2014

TOGA Tanaman Obat Keluarga




TOGA (Tanaman Obat Keluarga), Istilah toga ini sudah lama kita dengar, tapi apakah anda mengira ternyata banyak tanaman di sekitar rumah kita mempunya khasiat yang kita tidak mengetahuinya. sebagai contoh... Alang alang, yang selama ini kita anggap sebagai tanaman pengganggu ternyata mempunyai banyak manfaat.  Dengan banyaknya tanaman toga yang ada dan begitu banyak manfaatnya maka tidak ada salahnya kita memanfaatkan pekarangan rumah kita untuk menanam tanaman obat untuk keluarga.

Ada 201 jenis tanaman obat disekitar kita yang telah dikumpulkan oleh YAYASAN MERPATI yang beralamat di Jl. Merpati Nomor 32 Kota Tegal.  Mungkin salah satunya ada disekitar rumah anda.
Anda ingin tau 201 jenis tanaman keluarga silahkan download disini

Kamis, 11 September 2014

Pengetahuan Penanganan Ikan ... (bagian 2)


PENANGANAN IKAN DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI)

1 Pembongkaran ikan di kapal / tempat pendaratan
    Setelah kapal sampai di pelabuhan, sebaiknya ikan segera dibongkar dan dinaikkan ke darat. Pembongkaran dilakukan sepagi mungkin, untuk menghindari panas matahari yang dapat mempercepat proses pembusukan. Pembongkaran dilakukan dengan hati-hati, jangan sampai mengakibatkan luka-luka pada ikan. Ikan besar diangkat satu persatu di masukkan keranjang / kotak dan diangkut ke atas dengan derek. Ikan-ikan kecil disekop dengan hati-hati dimasukkan keranjang / kotak, selanjutnya dinaikkan ke atas dek dan diangkut ke darat. Transportasi dari kapal ke darat sebaiknya menggunakan sarana yang kokoh, dan aman, sehingga ikan tidak tumpah ke laut.

2 Penanganan ikan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI)
    Tempat pelelangan ikan sebaiknya dekat dengan tempat pendaratan. Di tempat ini harus tersedia air bersih yang cukup untuk mencuci ikan, membersihkan lantai tempat pelelangan, mencuci kotak / keranjang dan sarana lainnya. Jika ikan menunggu lama dalam pelelangan, sebaiknya ditutup dengan es atau terpal basah. Konstruksi lantai TPI dibuat miring sehingga air tidak tergenang dan lantai mudah dibersihkan. Saluran-saluran pembuangan air dan sistem drainase harus dibuat sebaik mungkin. 
    Pada umumnya di lokasi TPI juga disediakan fasilitas untuk usaha peng-esan dan pengepakan ikan segar yang akan di kirim ke luar daerah. Dengan demikian diharapkan ikan segar dapat ditangani dengan cepat sehingga tidak terjadi proses kemunduran mutu. 
  Lokasi TPI sebaiknya dekat dengan jalan raya sehingga memudahkan transportasi dan memperlancar usaha distribusi ikan segar ke seluruh daerah.

PENANGANAN IKAN TUNA SEGAR
     Ikan tuna segar merupakan salah satu komoditas ekspor hasil perikanan yang sangat penting pada saat ini. Cara penanganan ikan tersebut sangat menentukan dapat atau tidaknya ikan itu diekspor serta mutu (yang menentukan harga jualnya). Faktor kesegaran ikan harus selalu dipertahankan sejak ikan ditangkap sampai ke kosumen, karena ikan ini dimanfaatkan sebagai bahan makanan yang disajikan mentah (sashimi).
Langkah-langkah penanganan ikan tuna segar di lakukan sbb:
  1. Ikan dinaikkan keatas dek ditarik dengan ganco yang dikaitkan pada tutup insangnya. Ikan yang masih hidup diangkat dengan hati-hati dan harus segera dibunuh. Ikan diletakkan diatas matras dan ekornya di jepit dengan alat penjepit, lalu ditusuk dengan spike pada bintik putih yang ada diantara kedua matanya, mengarah ke otak, untuk merusak jaringan sarafnya. Dapat juga ikan dipukul pada bintik putihnya, dengan menggunakan palu kayu yang permukaannya dilapisi karet. Perlu diusahakan agar ikan sudah mati dalam sekali pukul
  2. Darah harus dikeluarkan sebanyak mungkin, agar warna sashimi tetap cerah. Produksi darah kukan dengan cara memotong jantung, atau memotong / menusuk pembuluh darah yang ada tepat dibawah sirip dada.
  3. Insang dipotong dan dibuang, isi perut di keluarkan melalui celah insang. Pembuangan insang dan isi perut ini sangat penting, karena merupakan pusat bakteri penyebab pembusukan.
  4. Permukaan tubuh ikan dibersihkan dari lendir dengan menggunakan busa (spons) yang dicelup air dingin dan dilakukan pengelapan dari kepala ke arah ekor (searah tumbuhnya sisik). Rongga insang dan rongga perut dibersihkan dari darah dan kotoran dengan menggunakan sikat baja. Pembelahan perut cukup kadang-kadang diperlukan untuk kebutuhan ini.
  5. Ikan segera disimpan di dalam palka dengan cara berbeda-beda sesuai kondisi palka dan fasilitas yang ada. contoh:  Palka tanpa unit pendingin: ikan disusun bertumpuk pada sekat-sekat diselimuti hancuran es setebal 5 cm. Perbandingan es dan ikan adalah 1: 1.  Palka dengan unit pendingin: pendinginan dengan sistem air blast atau sharp chilling untuk mendinginkan dan memelihara suhu ruang palka, sedangkan ikan tetap di dinginkan dengan hancuran es. Perbandingan es dan ikan adalah 1: 2.  Palka berbentuk tangki RSW (Refrigerated sea water). Ikan dimasukkan ke dalam tangki yang telah berisi air laut dingin. Temperatur air laut harus di jaga agar berkisar pada 0º C.
  6. Pembongkaran ikan dari palka dilakukan pada pagi hari sehingga ikan terhindar dari panas matahari. Ikan dikeluarkan dari palka dengan bantuan derek kecil, yang dikaitkan dengan tali diikatkan pada pangkal ekornya. Selanjutnya ikan ditandu atau di geser melalui papan luncur yang permukaannya licin, ke meja pengepakan di darat. 
  7. Ikan diatas meja, satu persatu di periksa mutunya secara organoleptik. Ikan tuna yang beratnya kurang dari 15 kg perekor tidak memenuhi standar untuk di ekspor. Ikan tuna harus bebas dari cacat fisik, tekstur dagingnya elastis, kenyal seperti bola bekel, dan warna dagingnya merah seperti buah semangka. Pemeriksaan tekstur dan warna daging di lakukan dengan cara memotong dan menyayat daging pada batang ekor.
  8. Ikan yang lolos sortir dibersihkan ulang. Rongga insang dan rongga perut harus dibersihkan dari sisa darah dan kotoran dengan menggunakan busa yang seringkali harus dicuci dengan air es, demikian pula lendir pada seluruh permukaan tubuh ikan dilap dengan busa. Pada tahap akhir ini, ikan harus dalam keadaan bersih dan kering. 
    Kotak pengepak dari karton berukuran 150 cm x 35 cm x 35 cm, pada bagian dalam dilapisi lembaran plastik, lembaran busa poliuretan setebal 6 mm, dan lembaran plastik lagi. Ikan tuna yang telah bersih dimasukan ke dalam kotak yang telah diberi ketiga lapisan tadi. Rongga perut dan insang diisi dengan kantong plastik yang berisi es, atau campuran es dan es kering (dry ice). Bila hanya menggunakan es kering, maka kristal es kering tersebut dibungkus dengan kertas dan ditempatkan pada sudut-sudut kotak. Kotak kemudian ditutup dan diikat dengan pita plastik, selanjutnya siap untuk diangkut ke bandar udara. Kendaraan transportasi sebaiknya tertutup, atau dilengkapi unit pendingin, atau diusahakan transportasi pada sore hari.

PENANGANAN UDANG DI TAMBAK

Seperti halnya ikan, udang juga memerlukan penanganan yang cermat agar kesegarannya dapat tahan lama. Segera setelah dipanen, udang harus ditangani dengan memperhatikan beberapa faktor berikut ini:
  1. Proses panen dilakukan dalam waktu yang singkat, dimana antara kegiatan yang satu dan berikutnya tidak bisa terjadi penundaan waktu yang lama, lebih-lebih bila suhu saat itu tinggi.
  2. Semua peralatan dan bahan yang dipergunakan harus benar-benar bersih dan saniter.
  3. Penangkapan dan penanganan harus diusahakan pada suhu lingkungan yang rendah, jangan diterik matahari.
  4. Udang hasil panen segera dicuci sampai bersih dari lumpur yang melekat dan kotoran lainnya dengan air bersih yang diberi hancuran es, kemudian dimasukkan kedalam wadah untuk penanganan berikutnya.
Cara penanganan bentuk / tipe hasil panen:

1 Penanganan udang hidup
    Penanganan udang hidup harus memperhatikan agar udang tersebut tidak mengalami cacat fisik, bergerak aktif, daya hidup panjang. Untuk itu sebelum penangkapan perlu dipersiapkan sarana, wadah, air payau, oksigen, dll yang diperlukan. Penanganan udang hidup berarti memberi perlakuan khusus yang sesuai dengan kebutuhan biologisnya, agar tetap dalam kondisi hidup sampai saat diterima oleh pembeli. 

2 Penanganan udang segar utuh
    Udang tersebut ditangani dengan menerapkan prinsip pendinginan pada suhu sekitar 0º C selama penanganan dan distribusi.

3 Penanganan udang segar tanpa kepala
    Segera setelah udang dipanen / tangkap, dicuci sampai bersih dari lumpur dan kotoran lainnya, kemudian disortasi untuk mengelompokkan ukuran / berat udang. Selanjutnya dibuang kepalanya, dicuci bersih, dan dimasukkan dalam wadah penampungan. Setiap binatu usahakan selalu menggunakan air bersih yang dingin (diberi es), begitu di wadah penampungan, setiap lapisan udang diberi hancuran es (es curai), sehingga suhu udang dapat dipertahankan sampai di tempat tujuan.

Minggu, 07 September 2014

Pengetahuan Penanganan Ikan ... (bagian 1)


Dalam industri perikanan, kesempurnaan penanganan (handling) ikan segar memegang peranan penting. Baik buruknya penanganan akan menentukan mutu ikan sebagai bahan makanan atau bahan baku untuk pengolahan lebih lanjut. Kalau penanganannya buruk, maka ikan akan cepat rusak / busuk sehingga tidak dapat dimanfaatkan lagi.
Penanganan ikan segar bertujuan mempertahankan kesegaran ikan dalam waktu selama mungkin. Atau setidak-tidaknya kondisi ikan masih cukup segar pada saat sampai ditangan konsumen. Jadi setelah ikan tertangkap dan diangkut ke atas kapal, harus secepat mungkin ditangani dengan baik dan hati-hati. Demikian selanjutnya, sampai ikan disimpan beku (dalam cold storage) atau diolah, atau langsung dimasak menjadi hidangan.
Daging ikan (termasuk hasil laut lainnya, seperti udang dan kerang) sangat cepat membusuk. Bagaimanapun baiknya penanganan dilakukan, tidak akan mungkin membuat ikan tetap segar. Namun yang diusahakan adalah menghambat proses pembusukan sehingga dapat disimpan lebih lama dalam kondisi baik dan masih layak dikonsumsi.
Dalam penanganan ikan segar, diusahakan suhu selalu rendah mendekati 0º C. Selain itu dijaga pula jangan sampai suhu ikan naik, misalnya terkena sinar matahari langsung atau kekurangan es selama transportasi. Sebab makin tinggi suhu, kecepatan membusuk juga makin besar. Sebaliknya bila suhu ikan dipertahankan serendah-rendahnya, maka proses pembusukan bisa diperlambat. Untuk itu, dalam pembenahan dan transportasi ikan segar harus diusahakan agar es tidak cepat mencair. Caranya adalah dengan menggunakan kotak-kotak atau wadah berinsulasi  (insulated box) , atau diangkut dengan truk-truk yang dilengkapi dengan unit pendingin  (Refrigerated truck) .

1.       Penanganan ikan di atas dek.

L antai geladak dan setiap alat yang di pakai dalam penanganan ikan segar harus di bersihkan sebelum di pakai. Setelah dinaikkan ke kapal, jika kondisi memungkinkan ikan segera disiangi (dikeluarkan isi perut dan insangnya) kemudian dicuci bersih dengan air laut. Umumnya penyiangan hanya di lakukan terhadap ikan-ikan yang berukuran besar; ikan-ikan kecil seperti lemuru dan kembung tidak praktis untuk di siangi di kapal.
Pencucian dilakukan dengan menggunakan a ir laut. Sisa-sisa darah dan sisa isi perut dihilangkan, demikian pula lendir-lendir yang ada. Selanjutnya jika kondisi memungkinkan, ikan disortir menurut jenis dan ukurannya dan masing-masing disimpan   di palka secara terpisah, baik didalam kotak-kotak maupun menggunakan rak yang terpisah.
Selama bekerja di geladak, ikan harus di lindungi dari sinar matahari dan hujan, misalnya dengan memasang tenda. Ikan yang bertumpuk banyak karena menunggu disiangi dapat di tutup dengan terpal basah. Geladak harus di cuci bersih setelah pekerjaan pencucican ikan selesai sebelum hasil tangkapan yang lain dinaikkan ke kapal.

2 Penyimpanan ikan di palka ..
Palkah untuk menyimpan ikan segar harus dibersihkan sebelum dimasuki ikan. Pekerjaan mengangkut ikan ke dalam palka harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak melukai ikan; melemparkan atau menuangkan ikan kedalam palkah atau menginjak ikan adalah praktek yang tidak baik.
Penyusunan ikan di palka dapat dilakukan dengan 4 cara, yaitu dengan menimbun (bulking), dengan bersusun lapis menggunakan rak / sekat datar (shelfving), dengan menggunakan kotak-kotak (boxing), dan dengan merendam ikan di dalam air dingin.

a. Menimbun ikan di palka (bulking). 

Yang dimaksud dengan menimbun adalah menumpuk ikan di lantai palka tanpa menggunakan penyekat datar atau kotak. Cara ini pada umumnya dilakukan dikapal ikan yang kecil dan palkanya rendah. Kebijakan palka terlebih dahulu dilapisi es setebal +15 cm (atau lebih tebal jika dinding palka tidak diisolasi). Ikan ditumpuk di atas lapisan es itu setebal 10-12 cm; di atasnya diberi lapisan es lagi, kemudian lapisan ikan; demikian seterusnya sampai tingginya cukup; lapisan paling atas adalah lapisan es. 
Tinggi tumpukan ikan sebaiknya tidak melebihi 60 cm. Penimbuanan yang lebih tinggi lagi dapat merusak ikan pada lapisan yang di bawah, karena menerima tekanan yang cukup besar. Biasanya setiap 1 ton ikan yang disimpan di palka dengan cara penimbunan membutuhkan ruang palka yang bervolume 2- 2,5 m3 


b. Menyimpan bersusun lapis (shelfing). 
Cara penyimpanan ini umumnya di lakukan di kapal ikan yang palkanya cukup besar dengan tinggi palka> 140 cm. Palka disiapkan dengan konstruksi khusus: di lengkapi dengan rak-rak vertikal dan horisontal yang hidup (dapat di lepas). Sekat-sekat vertikal berjarak 1 meter atau kurang, sedangkan sekat-sekat horisontal berjarak 20-35 cm. Biasanya rak-rak itu disusun membujur, di sisi kiri dan kanan, sedang ditengah-tengahnya dipakai sebagai lorong.
Ikan disusun di atas rak-rak horisontal dengan diselimuti es. Ikan yang besar di tata membujur.
Pemakaian rak-rak di palka ini dapat menghasilkan ikan yang lebih baik karena ikan tidak terlalu banyak menerima tekanan, tetapi diperlukan penanganan yang lebih banyak dan di butuhkan ruang yang lebih besar. Tiap 1 ton ikan membutuhkan ruang palkah 3-4,5 m3 tergantung dari ukuran ikan.

c. Menyimpan ikan di palka dengan kotak (boxing). 
Lemari untuk menyimpan ikan di kapal umumnya dibuat dari kayu atau plastik yang dirancang dengan ukuran yang disesuaikan dengan kemampuan manusia setempat, yaitu 20-30 kg. Ukuran yang labih besar direncanakan untuk diangkut oleh 2 orang. Kotak dari plastik lebih mudah dibersihkan. Kotak kayu hendaknya dibuat dari papan yang diserut halus dan dengan sudut-sudut yang mudah di bersihkan.
Ikan di susun di dalam lemari dengan di campur dan di selimuti es. Karena kotak-kotak itu akan di tumpuk di palka, maka pengisian ikan / es tidak dapat melebihi permukaan kotak agar ikan tidak tertekan kotak diatasnya. Dengan cara penyimpanan ini, tiap 1 ton ikan membutuhkan ruang palka 2,5 - 3 m3.

d. Merendam ikan dalam air dingin Palka ikan dibangun berupa tangki-tangki khusus untuk menampung air laut yang di dinginkan. 
Ikan direndam di dalam tangki-tangki tersebut sampai saat dibongkar di pelabuhan. Jika dilakukan dengan baik, cara ini menghasilkan ikan dengan mutu yang lebih baik; pendinginan berlangsung lebih cepat, ikan tidak menerima tekanan. Ikan-ikan besar seperti tuna dan ikan-ikan kecil seperti lemuru dan kembung dapat diperlakukan dengan cara ini. Air laut didinginkan dengan mesin pendingin yang sudah mulai dilakukan sejak kapal meninggalkan pelabuhan menuju daerah penangkapan, dengan maksud agar air sudah cukup dingin pada waktu hasil tangkapan pertama dinaikkan. Sering kali tangki-tangki diisi dengan sejumlah es sebelum kapal meninggalkan pelabuhan.